..




.

Friday, December 31, 2010

Siswa Berkebutuhan Khusus


          Hakikat Individu yang Memerlukan   Pelayanan Pendidikan Khusus
          Individu yang memerlukan pendidikan khusus  adalah mereka yang secara signifikan berada di luar rerata normal, baik dari segi fisik,  inderawi, mental, sosial, dan emosi sehingga memerlukan pelayanan khusus, agar dapat tumbuh dan berkembang secara sosial, ekonomi, budaya, dan religi bersama-sama dengan masyarakat di sekitarnya
          Dahulu dikenal dengan stigma: anak cacat, tuna, luar biasa
          GANGGUAN PENGLIHATAN
          gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus
          Keterbatasan Anak dengan Gangguan Penglihatan
          Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru
          Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan
          Keterbatasan dalam mobilitas
           Gangguan Pendengaran
(Tunarungu)
          Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
          Gangguan pendengaran digolongkan ke dalam kurang dengar dan tuli
          Klasifikasi
                Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan Mendengar
        Sangat Ringan    27 - 40 dB
        Ringan                  41 - 55 dB      
        Sedang                 56 - 70 dB      
        Berat                     71 - 90 dB
        Ekstrim                 91 dB ke atas     
          Masalah yang Ditimbulkan Akibat Ketunarunguan
(Menurut: Arthur Boothroyd)
          Gangguan Intelektual
(Tunagrahita)
          Memaknai istilah Intellectual disabilities
          Memiliki inteligensi rendah dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70
          Tidak dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler kecuali sekolah yang memiliki pelayanan pendidikan khusus (sekolah inklusif)
          Ketunagrahitaan bermanifestasi dalam:
          Kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial;
          Mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok  usia sebaya.
          Tunagrahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu:
          Kelompok mampu didik (mild atau educable), IQ 68-78 kira-kira 10 diantara 1.000 orang
          Kelompok mampu latih (moderate atau trainable) , IQ 52-55 kira-kira 3 diantara 1.000 orang
          Kelompok mampu rawat (severe- profound atau dependent) , IQ 30-40 kira-kira 1 diantara 1.000 orang
          Karakteristik Tunagrahita
          Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan sosial
          Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara
          Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (audiotary perception)
          Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya.
          Gangguan Fisik dan Motorik
(Tunadaksa)
          Gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi, dan sistem persyarafan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus
          Meliputi antara lain:
        CP
        Polio
        Muscular Distrophy Progresive
        dsb
          Karakteristik anak tunadaksa
          Dari segi mental tidak berbeda dengan anak-anak biasa pada umumnya, mereka rata-rata memiliki kemampuan intelektual yang sama dengan anak-anak biasa lainnya, dari sisi lain sering berdampak somatopsikhis
          Pada anak CP biasanya disertai dengan gangguan komunikasi (wicara) gagap.
          Karakteristik lainnya adalah, karena hambatan fisik maka kendala utama anak tunadaksa adalah dalam hal mobilitas dan penyelesaian tugas-tugas yang harus menggunakan anggota tubuh tidak secepat anak-anak lainnya.
          Gangguan Emosi
 dan Tingkah Laku (Tunalaras)
          Anak tunalaras sering disebut juga anak dengan gangguan emosional (emotionally disturbed), anak dengan kekacauan psikologis (psychologically disordred), atau anak dengan hambatan emosional (emotionally handicapped).
          Anak tunalaras sering mengalami konflik baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.
          Mereka mengalami kesulitan untuk bermain atau belajar bersama anak lain.
          Anak tunalaras mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat, sering berkelahi, dan tidak disukai oleh anak-anak lain pada umumnya.
          Karena ketidakmampuannya menjalin hubungan persahabatan dengan anak lain maka anak tunalaras oleh awam sering disebut juga anak nakal.
          Klasifikasi
          Ada banyak hal yang dapat menjadikan anak tunalaras. Oleh karena itu, membuat klasifikasi tunalaras bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Kesulitan tersebut terjadi karena kurangnya sistem klasifikasi antara orang dewasa dan anak. Secara sederhana anak tunalaras dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu
        anak yang mengalami gangguan perilaku,
        anak yang mengalami kecemasan berlebihan,
        anak yang agresif sosial, dan
        anak yang tidak matang.
          Anak Berkesulitan Belajar
          Kesulitan belajar merupakan terjemahan yang kurang tepat dari learning disabilitis, tetapi lebih disukai karena istilah tersebut lebih prospektif. Terjemahan yang lebih tepat dari learning disabilitis adalah ketidak-mampuan belajar, tetapi istilah tersebut terkesan “menghakimi” siswa, seolah-olah tidak dapat diperbaiki lagi. 
          Salah satu ciri dari kesulitan belajar adalah dugaan adanya gangguan fungsi otak; dan gangguan fungsi otak disebabkan oleh adanya sel otak yang rusak; dan dunia kedokteran hingga saat ini belum mampu memperbaiki sel otak yang rusak (Lovitt, 1989).
          Meskipun sel otak yang rusak atau mati tidak dapat diperbaiki, fungsi sel otak yang lain dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat mengkompensasikan fungsi sel otak yang rusak atau mati tersebut (Clark, 1986).
          Ciri lain dari siswa kesulitan belajar adalah memiliki inteligensi normal dan bahkan superior. Ia hanya sulit belajar dalam satu atau beberapa bidang tertentu, tetapi mungkin unggul dalam bidang-bidang lain. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam bidang tertentu disebut kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities).
          Anak Berkesulitan Belajar
Kes bel perkembangan   (developmental LD) atau kesulitan belajar pra akademik:
        Gang. perkembangan motorik
        Gangguan perkembangan persepsi
        Gangguan perkembangan kognitif
        Gangguan perkembangan bicara dan bahasa
Kesulitan belajar akademik:
        Kesulitan belajar membaca (disleksia)
        Kesulitan belajar menulis (disgrafia)
        Kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
          Lambat Belajar (Slow Learner)
          Inteligensi berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70 –85 (berdasarkan tes baku)
          Terbatas dalam berpikir abstrak
          Anak Berbakat
(Menurut Renzulli)
          Keberbakatan adalah suatu interaksi dari kemampuan intelektual di atas rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas, dan kreativitas yang tinggi.
          Keberbakatan Menurut Renzulli
                Keterlekatan pada tugas
          PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
PROGRAM PENDIDIKAN
SISWA BERBAKAT
          AKSELERASI merupakan suatu bentuk peningkatan kecepatan waktu dalam menguasai materi, dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelompok khusus, atau sekolah khusus.
          ESKALASI merupakan penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program pengayaan materi.
          AUTISTIC SPECTRUM DISORDER (ASD)
          ASD bukanlah ‘penyakit’ melainkan gangguan perkembangan yang berat pada anak, akibat adanya kerusakan / masalah perkembangan pada otak.
          Gejala autisme sudah muncul sejak sebelum usia 3 tahun, dan biasanya gejala tersebut dapat menimbulkan hambatan dalam kehidupan anak hingga ia mencapai usia dewasa.
  1. GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL
          Gangguan dalam penggunaan perilaku non-
verbal seperti tatap-mata, ekspresi wajah, postur tubuh, & isyarat untuk keperluan interaksi sosial.
          Kegagalan membentuk hubungan pertemanan sesuai tahap usia perkembangan.
          Tidak adanya spontanitas dalam berbagi minat, kegembiraan, atau prestasi dengan orang lain (misal: membawa, memperlihatkan / memamerkan benda yang ia sukai).
          Tidak adanya hubungan sosial emosional yang timbal balik.
          2. GANGGUAN KOMUNIKASI
l  Keterlambatan / tidak terjadinya, perkembangan bahasa wicara (tidak disertai usaha untuk kompensasi melalui media komunikasi lain seperti isyarat/ mimik/bahasa tubuh).
l  Bila dapat berbicara, ada gangguan dalam mengawali / mempertahankan percakapan.
l  Penggunaan bahasa yang khas, stereotipi, berulang-ulang atau idiosyncratic (=aneh).
l  Tidak adanya kemampuan spontan/ bervariasi untuk bermain pura-pura atau bermain meniru lingkungan sosial sesuai usia perkembangan.
          3. PERILAKU TERBATAS dengan
    Pola, Minat, dan Aktivitas Berulang        
l  Terpaku secara berlebihan pada satu atau lebih pola minat yang terbatas dan khas.
l  Mengikuti rutinitas atau ritual yang spesifik dan tidak fungsional secara kaku.
l  Pola perilaku stereotipi dan berulang (misal mengepakkan tangan, memilin jari, atau gerakan motor lain yang lebih rumit).
l  Terpaku pada benda atau bagian benda tertentu sehingga kadang sulit dialihkan perhatiannya.

No comments:

Post a Comment